Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak bisa
lepas dari sampah. Setiap keluarga memproduksi sampah setiap harinya.
Masyarakat di Bojonegoro pun tidak lepas dari produksi sampah, khususnya sampah
rumah tangga. Sampah rumah tangga mulai dari sampah organik berupa sisa bahan
makan atau sisa makanan, sampah kotoran ternak atau bahkan kotoran manusia
sampai sampah anorganik seperti plasti bungkus makanan, kertas, barang bekas
dan barang lainnya.
Di beberapa daerah di Bojonegoro kemampuan masyarakat dalam
mengelola sampah masih sangat kurang, selain itu kesadaran masyarakat akan
kebersihan dan keindahan juga masih kurang. Kurangnya kesadaran masyarakat dalam
mengelola dan membersihkan sampah mengakibatkan banyaknya masyarakat yang
membuang sampah sembarangan. Di sepanjang jalan utama di salah satu daerah di
Bojonegoro masih banyak sampah-sampah yang beserakan di pinggir jalan.
Sampah-sampah di pinggir jalan dibiarkan begitu saja tanpa ada penanganan yang
baik.
Gambar: Jalan Utama yang menghubungkan Bojonegoro dengan Kabupaten Nganjuk, diambil tanggal 27 November 2014
Bau tidak sedap yang berasal dari sampah tentu saja sangat mengganggu
para pengguna jalan. Selain bau yang tidak menyenangkan, pemandangan sampah
bertumpuk tentu saja sangat mengganggu keindahan pandangan mata, apalagi jika
jalan-jalan yang dihiasi sampah adalah jalan-jalan utama yang menghubungkan
kabupaten Bojonegoro dengan kabupaten lain, atau bahkan menghubungkan
Bojonegoro dengan propinsi lain.
Masalah kita sebagai masyakat Bojonegoro
terkait penanganan sampah dan kebersihan di daerah kita adalah kurangnya
kesadaran kita dan kurangnya rasa cinta kita dengan lingkungan kita. Akibat
dari masalah ini adalah kurang adanya keinginan dari masyarakat untuk menciptakan
lingkungan yang BERSINAR (bersih, sehat, indah dan rapi). Masyarakat kita
sangat memerlukan banyak penyuluhan-penyuluhan bagaimana menjaga kebersihan lingkungan,
cara mengolah sampah, atau cara mendaur ulang sampah agar bisa dimanfaatkan
lagi.
Sebenarnya mulai dari pendidikan di sekolah
dasar anak-anak sudah dibekali dengan rasa cinta lingkungan. Para siswa sekolah
dasar, bahkan anak-anak pendidikan usia dini telah diajarkan agar selalu
membuang sampah di tempatnya. Dari makanan ringan yang dijual di pasaran saja
selalu diberikan icon atau lambang buanglah sampah pada tempatnya.
Semua usaha
itu akan sia-sia jika masyarakat kita mengabaikan semua peringatan itu. Pendidikan
tidak hanya di sekolah saja, anak SD hanya menghabiskan kurang lebih 5 jam di
sekolah, selebihnya mereka berada dalam masyarakat, mereka akan lebih banyak
belajar dari masyarakat. Jika masyarakat memberikan contoh yang baik maka
pendidikan yang baiklah yang mereka dapat, dan jika hal-hal buruk yang mereka
temui maka hal buruklah yang akan mereka serap sebagai pendidikan mereka.
Mencintai lingkungan bisa kita mulai dari
diri kita sendiri. Kita bisa mulai dengan secara sadar dan rutin untuk selalu membuang
sampah pada tempatnya. Selain itu kita juga bisa memulai memanfaatkan sampah
dan barang bekas lainya untuk didaur ulang atau dimanfaatkan menjadi sesuatu
yang lebih menarik dan bernilai. Jadi mulailah mencintai lingkungan kita, tempat
hidup kita, dan tempat dimana anak-anak kita akan memulai kehidupan mereka.
Dengan memulai dari kita, mari kita jaga lingkungan kita agar menjadi
lingkungan BERSINAR yang GEMILANG, BERSih yang membuat kita GEMbira, INdah yang
mendatangkan Inspirasi, sehAt yang membuat kita Lincah, dan Rapi yang selalu membuat kita merasa
senANG.
_;D&_n5